Senin, 25 Oktober 2010

ESENSI PESERTA DIDIK



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah peserta didik. Pengkajian terhadap peserta didik memang menjadi bahan diskusi yang tetap aktual dan menarik, sebab peserta didik paling menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu peserta didik mesti dibimbing, diarahkan, dan dikembangkan secara dinamis sesuai dengan relefansi kebutuhan dan tuntutan zaman, agar tidak menjadi generasi yang tidak berguna bahkan justru merusak.

Untuk itu, makalah yang sederhana ini akan menganilisis secara filosofis tentang peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam, dengan harapan kajian ini memberikan pemahaman yang lebih utuh tentang konsep peserta didik sehingga memberikan kontribusi yang jelas terhadap pengembangan keilmuan di bidang pendidikan Islam. Namun, apa yang tertulis secara eksplisit dalam makalah ini tentu kurang memadai untuk memenuhi harapan tersebut tanpa adanya kritik, saran dan diskusi lebih lanjut tentang gagasan-gagasan yang ada. Maka kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dari peserta diskusi untuk memenuhi harapan dimaksud.

1.2 Rumusan Masalah
Supaya memperoleh deskripsi yang lebih jelas dalam penyajian makalah ini, akan kami berikan batasan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Jelaskan definisi atau pengertian peserta didik dalam pendidikan islam ?
2. Jelaskan perkembangan peserta didik dalam pendidikan islam ?
3. Jelaskan karakteristik peserta didik dalam pendidikan islam ?
4. Jelaskan pesrta didik sebagai subjek dan objek dalam pendidikan islam?
5. Jelaskan Peran dan tanggung jawab peserta didik dalam pendidikan islam?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian peserta didik dalam pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam pendidikan islam.
3. Untuk mengethaui peserta didik dalam pendidikan islam.
4. Untuk mengetahui peserta didik sebagai subjek dan objek dalam pendidikan islam.
5. Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab peserta didik dalam pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Peserta Didik
Siapa peserta didik didik itu? Jawaban sederhanya, adalah manusia yang memmerlukan pendidikan. Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kpdrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan untuk mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan, antara lain :
1). Aspek Paedogogis.
Dalam aspek ini para pendidik mendorang manusia sebagai animal educandum, makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik, sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dresser. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan.
2). Aspek Sosiologi dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi, pada perinsipnya manusia adalah moscrus, yaitu makhlik yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3). Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang berketuhanan, menurut para ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya tuhan) atau disebut juga homoriligius (makhluk yang beragama).

2.2 Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan kemampuan peserta didik sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya baik dalam aspek kognitif maupun aspek non-kognitif melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Perkembangan kemampuan peserta didik usia sampai 5 tahun (TK).
Pada usia ini, anak (peserta didik) berada dalam periode “praoperasional” yang dalam menyelesaikan persoalan, ditempuh melalui tindakan nyata dengan jalan memanipulasi benda atau obyek yang bersangkutan. Peserta didik belum mampu menyelesaikan persoalan melalui cara berpikir logik sistematik. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan belum cukup tinggi untuk dapat menghasilkan transformasi yang tepat. Demikian juga perkembangan moral peserta didik masih berada pada tingkatan moralitas yang baku. Peserta didik belum sampai pada pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan nilai dan sikap sangat diperngaruhi oleh situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga akan diadopsi oleh peserta didik melalui proses imitasi dan identifikasi. Keterkaitan peserta didik dengan suasana dan lingkungan keluarga sangat besar.

2. Perkembangan kemampuan peserta didik usia 6-12 tahun (SD).
Pada usia ini peserta didik dalam periode operasional konkrit yang dalam menyelesaikan masalah sudah mulai ditempuh dengan berpikir, tidak lagi terlalu terikat pada keadaan nyata. Kemampuan mengolah informasi lingkungan sudah berkembang sehingga transformasi yang dihasilkan sudah lebih sesuai dengan kenyataan. Demikian juga perkembangan moral anak sudah mulai beralih pada tingkatan moralitas yang fleksibel dalam rangka menuju ke arah pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan moral peserta didik masa ini sangat dipengaruhi oleh kematangan intelektual dan interaksi dengan lingkungannya. Dorongan untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya mulai nampak dan semakin berkembang. Pertumbuhan fisik mendorong
peserta didik untuk memasuki permainan yang membutuhkan otot kuat.

3. Perkembangan kemampuan peserta didik usia 13-15 tahun (SLTP).
Pada usia ini peserta didik memasuki masa remaja, periode formal operasional yang dalam perkembangan cara berpikir mulai meningkat ke taraf lebih tinggi, absrak dan rumit. Cara berpikir yang bersifat rasional, sistematik dan ekploratif mulai berkembang pada tahap ini. Kecenderungan berpikir mereka mulai terarah pada hal-hal yang bersifat hipotesis, pada masa yang akan datang, dan pada hal-hal yang bersifat abstrak. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan sudah semakin berkembang.

2.3 Kategori peserta didik
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga Belajar, Palajar, Murid serta Santri.
- Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
-Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan perguruan tinggi
-Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
-Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas
- Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
-Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal, khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.
Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik utuk di didik.
Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.


2.4 Peserta Didik Sebagai Subjek dan Objek
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Orientasi pendidikan Indonesia selama ini memperkuat kesan bahwa guru atau dosen cenderung memperlakukan peserta didik sebagai objek daripada subjek. Guru atau dosen lebih banyak berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan bidang studi dan indoktrinator, daripada sebagai fasilitator pembelajaran.
Objek dan subjek evaluasi pendidikan
A. Objek Evaluasi
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan, karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi tentang kegiatan/proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu segi input; transformasi; dan output.
1. Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal.
a. Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program pendidikan suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sepadan atau memadai, sehingga nantinya peserta didik tidak akan mengalami hambatan atau kesulitan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut Attitude Test.
b. Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat mempengaruhi mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut Personality Test.
c. Sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
d. Inteligensi
Untuk mengetahui tingkat inteligensi seseorang digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Seperti, tes Binet-Simon (buatan Binet dan Simon), SPM, Tintum, dsb. Dari hasil tes akan diketahui IQ (intelligence Qoutient) yaitu angka yang menunjukkan tinggi rendahnya inteligensi seseorang tersebut.

2. Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi bahan jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi faktor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan; karena itu objek-objek yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan antara lain:
a. Kurikulum/materi pelajaran,
b. Metode pengajaran dan cara penilaian,
c. Sarana pendidikan/media pendidikan,
d. Sistem administrasi,
e. Guru dan personal lainnya dalam proses pendidikan.

3. Output
Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test.
Peserta Didik Sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajaryang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristikpeserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :
1.Mememahami dan menerima keadaan jasmani
2.Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3.Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
4.Mencapai kematangan Emosional
5.Menujukepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6.Mencapai kematangan intelektual
7.Membentuk pandangan hidup
8.Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.
2.5 Peran dan Tanggung Jawab Peserta Didik
Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik menuju kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik untuk di didik.
Sesuai dengan fitrahnya manusia adalah makhluk berbudaya, yang mana manusia dilahirkan dalam keadaan yang tidak mengetahui apa-apa dan ia mempunyai kesiapan untuk menjadi baik atau buruk.
Kebutuhan Peserta Didik
Pemenuhan kebutuhan siswa disamping bertujuaan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian akan membantu pelaksanaan proses belajr-mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain :
1.Kebutuhan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah.
1.Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang bersifat rohaniah
1.Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam halini sekolah harus dipandang sebagai lembagatempat para siswa belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
1.Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta kecakapan yang berbeda beda. Untuk mengembangkannya bisa ciptakan pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
Hakikat Peserta Didik Sebagai Manusia
Ada beberapa pandangan mengenai Hakikat Peserta Didik Sebagai Manusia yaitu:
1.Pandangan Psikoanalitik
Beranggapan bahwa manusia pada hakiktanya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif.
1.Pandangan Humanistik
Berpendapat bahwa manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Oleh karenanya dikatakan bahwa manusia itu selalu berkembang dan berubah untuk menjadi pribadi yang lebih maju dan sempurna
1.Pandangan Martin Buber
Berpendapat bahwa hakikat manusia tidak dapat dikatakan ini atau itu. Manusia merupakan suatu keberadaan yang berpotensi, namun dihadapkan pada kesemestaan alam, sehingga manusia itu terbatas.
1.Pandangan Behavioristik
Pada dasarnya menganggap bahwa manusia spenuhnya adalah makhluk reaktif yangtingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang dari














BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Di antara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah peserta didik. Pengkajian terhadap peserta didik memang menjadi bahan diskusi yang tetap aktual dan menarik, sebab peserta didik paling menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu peserta didik mesti dibimbing, diarahkan, dan dikembangkan secara dinamis sesuai dengan relefansi kebutuhan dan tuntutan zaman, agar tidak menjadi generasi yang tidak berguna bahkan justru merusak.
Dan bahwasannya peserta itu didik itu mempunyai tahapan-tahapan dalam perkembanganya sesuai dengan tugas perkembangannya baik segi kognitif ataupun non kognitif.
Dalam pendidikan ini peserta didik dibagi beberapa macam yaitu yang terdari dari siswa, mahasiswa, pelajar, murid juga santri. Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Orientasi pendidikan Indonesia selama ini memperkuat kesan bahwa guru atau dosen cenderung memperlakukan peserta didik sebagai objek daripada subjek. Guru atau dosen lebih banyak berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan bidang studi dan indoktrinator, daripada sebagai fasilitator pembelajaran.






DAFTAR PUSTAKA

Nur Uhbiyati., 1998, Ilmu Pendidikan Islam., CV. Pustaka Setia., Bandung
Ahmad Tafsir., 2001, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam., PT.RemajanRosdakarya, Bandung
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Gaya Media Pratama, Jakarta 2005.
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Persepektif Islam, Bandung, Remaja Rosda Karya, 1984.
Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta :Rineka cipta, 1981

Tidak ada komentar:

Posting Komentar