Rabu, 06 Oktober 2010

Model Pengembangan Kurikulum (Pengembangan Kurikulum)



BAB I
PENDAHULUAN

Kurikulum secara umum didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk memperlancar proses belajar dan mengajara dengan arahan dan bimbingan sekolah serta anggota stafnya.

Pengambangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukan semata-mata memperoduksi bahan pelajaran melainkan lebih ditikberatkan untuk meningkatkan kualiats pendidikan.

Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambing teroritis untuk melaksanakan suatu kegiatan. Model atau konstruksi merupakan ulasan teroritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam makalah ini akan dikemukakan beberapa model pengembangan kurikulum, yang hendaknya bias diperguanakn untuk mengembangkan kurikulum menuju proses belajar mengajara untuk mencapai dan meningkatkan kualitas pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan model yang dijadikan lambing teroritis untuk melaksanakan suatu kegiatan. Model atau konstruksi merupakan ulasan teroritis tentang suatu konsepsi dasar. Dalam kegiatan pengambangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hany mencakup salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan tentang suatu proses kurikulum, tetapi ada pula yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya saja, dan itu pun hanya pada uraian pengembangan organisasinya.

Ada banyak model pengembangan kurikulum yang tekah dipikirkan dan dikemukakan banyak orang. Berikut akan dibicarakan beberapa diantaranya, yaitu model yang dikemukakan oleh Rogers dan Zais.

A. Model Pengembangan Kurikulum Rogers

Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling sederhana sampai dengan yang komplit. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa sehingga model yang berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan dari yang sebelumnya. Adapun model-model tersebut sebagai berikut :

Model I (paling sederhana) menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri dari kegiatan memberikan informasi dan ujian. Hal ini didasari atas asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi.(1)

Model yang sederhana ini menggambarkan dua pertanyaan pokok yang menjadi inti model yaitu :
1. Mengapa saya mengajarkan mata pelajaran ini ?
2. Bagaimana saya dapat mengetahui keberhasilan pelajaran yang saya ajarkan ?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut tentu guru harus mempertimbangkan ketepatan dan kerelevansian bahan pelajaran yag diajarkan dengan kebutuhan siswa dan masyarakat.

Model II adalah penyempurnaan dari model I dengan menambahkan pokok yang belum tercover pada model I yaitu mengenai metode dan organisasi bahan pelajaran. Pertanyaan yang menjadi gambaran pokok model ini adalah :
1. Mengapa saya mengajarkan bahan pelajaran ini dengan metode ini ?
2. Bagaimana saya harus mengorganisasikan bahan pelajaran ini ?(2)

Model III pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan dari model II yang belum bias memberikan alternative pokok atas unsure teknologi pendidikan kedalamnya. Hal itu didasarkan pertimbangan bahwa teknologi pendidikan merupakan factor yang sangat menunjang dalam keberhasilan belajar mengajar.(3)

Pertanyaan pokok yang tercover dari model III adalah :
1. Buku-buku pelajaran apakah yang harus dipergunakan dalam mata pelajaran ?
2. Alat atau media apakah yang dapat dipergunakan dalam pelajaran tertentu?

Namun, nampaknya perkembangan model kurikulum ini juga belum mencerminkan tujuan dari model pengembangan kurikulum dalam proses belajar menajar. Oleh karena itu, disempurnakan lagi oleh model IV dengan memeasukkan unsure tujuan didalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian.(4)

B. Model Pengembangan Kurikulum Zais

Robert S. Zais mengemukakan delapan macam model pengambangan kurikulum. Model tersebut sebgian merupakan model yang sering ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum sekolah. Adapun beberapa model tersbut antara lain :

1. Model Administratif
Model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Model administrative / disebut juga model garis staf atau model dari atas ke bawah. Kegiatan pengembangan kurikulum dimulai dari pejabat pendidikan yang berwenang yang membentuk panitia pengarah. Biasanya terdiri dari pengawas pendidikan, kepala sekolah, dan staf pengajar inti. Panitia pengarah tersebut diarahkan tugas untuk merencanakan, menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan.

Setelah kegiatan tersebut selesai, Panitia pengarah membentuk kelompok kerja sesuai keperluan. Para anggotanya biasanya adalah staf pengajaran dan spesialis kurikulum. Kelompok ini bertugas untuk menyusun tujuan-tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dan kegiatan belajar. Hasil kerja kelompok tersebut direvisi Panitia Pengarah, menguji coba kemudian memutuskan pelaksanaannya. Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena datangnya dari atas, maka model ini disebut juga model Top – Down. Dalam pelaksanaannya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan beberapa saat perlu dilakukan evaluasi.(5)

2. Model Gree / Grass Root
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi.(6)

Pengembangan kurikulum model dari bawah ini menuntut adanya kerja antarguru, antar sekolah secara baik, disamping harus juga ada kerjasama antar pihak diluar sekolah khususnya orangtua murid dan masyarakat.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatan the grass-root model. Kendati demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.

3. Model Beuchamp
Sesuai dengan namanya, model ini diformulasikan oleh GA. Beucamp, yaitu mengemukakan lima langkah penting dalam pengambilan keputusan pengambangan kurikulum, yaitu :
a. Menentukan arena pengambangan kurikulum yang dilakukan, yaitu berupa kelas, sekolah, system persekolahan regional atau nasional.
b. Memilih da kemudian mengikutsertakan pengembang kurikulum yang terdiri atas spesialis kurikulum, kelompok professional, penyuluh pendidikan dan orang awam.
c. Mengorganisasikan dan menentukan perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan tujuan, materi dan kegiatan belajar.
d. Merapatkan atau melaksanakan kurikulum secara sistematis di sekolah.
e. Melakukan penilaian.(7)

4. Model Terbalik Hilda Taba
Model yang dikemukakan Hilda ini berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya bersifat induktif. Itulah sebabnya ini dinamakan model terbalik.Model ini diawali justru dengan percobaan, kemudian baru penyusunan dan kemudian penerapan. Hal ini dimaksudkan untuk meneukan antara teori dan praktek.

Pengembangan model ini dilakukan dengan lima tahap, yaitu :
a. Menyusun unit-unit kurikulum yang ada dan diujicobakan oleh staf pengajar.
b. Mengujicobakan untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan kegiatan belajar mengajar.
c. Menganalisis dan merevisi hasil ujicoba, serta mengkonsolidasikannya.
d. Menyususn kerangka teroritis.
e. Menyususn kurikulum yang dikembangkan secara menyeluruh dan mengumumkannya.(8)


BAB III
PENUTUP

Ada banyak model pengembangan kurikulum yang tekah dipikirkan dan dikemukakan banyak orang. Berikut akan dibicarakan beberapa diantaranya, yaitu model yang dikemukakan oleh Rogers dan Zais.

Model pengembangan Rogers meliputi :
- Model I : meorientasikan padakegiatan pemberian informasi dan evaluasi.
- Model II (penyempurnaan) dengan menambahkan metode dan organisasi bahan pelajarab.
- Model III (penyempurnaan) dengan menambahkan pokok unsure teknologi dalam pembelajaran.
- Model IV (penyempurnaan) dengan mencakupkan konsep tujuan dalam pengembangan kurikulum.

Model pengembangan Zais meliputi :
- Model Administratif (Atas ke Bawah)
- Model Grass Root (Bawah Ke Atas)
- Model Beuchamp
- Model Terbalik Hilda Taba


FOOT NOTE

1. Drs. H. M. Ahmad, dkk. PENGEMBANGAN KURIKULUM. 1997. Bandung : Penerbit Pustaka Setia. Hal. 50.
2. Ibid, Hal. 51.
3. Ibid, Hal. 52.
4. Ibid Hal. 53.
5. Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikum ; Teori dan Praktek. 1997. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
6. Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran.2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
7. Drs. H. Ahmad, dkk. Op Cit. Hal. 56.
8. Ibid, Hal. 57


DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. M. Ahmad, dkk. PENGEMBANGAN KURIKULUM. 1997. Bandung : Penerbit Pustaka Setia.
Nana Syaodih Sukmadinata. Pengembangan Kurikum ; Teori dan Praktek. 1997. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran।2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.
http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/model-pengembangan-kurikulum.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar